Senin, September 15, 2008

Jurnal Individu Chp 5

CR, ROE dan DAR EMITEN DI BEJ SEBELUM DAN SESUDAH PENEGAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DI INDONESIA

Triana Febianti

Dharma Tintri Ediraras Sudarsono

Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

triana_f@student.gunadarma.ac.id

dharmate@staff.gunadarma.ac.id

ABSTRAK

Tujuan studi empiris ini adalah untuk menganalisa CR, ROE dan DAR emiten di BEJ, sebelum (tahun 2000 s/d 2002) dan setelah (tahun 2003/2004) penegakan Tata Kelola Perusahaan di Indonesia. Unit analisa adalah data skunder berupa laporan keuangan emiten di BEJ yang diperoleh dari PRPM BEJ, downlod situs BEJ, dan laporan tahunan. Kemudian dianalisa secara verifikatif dengan Paired sample T Test. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa bahwa ROE dan DAR atas 9 sektor (352 emiten) di BEJ sebelum dan sesudah penegakan Tata Kelola Perusahaan di Indonesia relatif tidak tidak banyak berbeda, kecuali untuk CR.

Kata kunci: CR, ROE, DAR, Emiten, Tata Kelola Perusahaan.

PENDAHULUAN

Salah satu faktor penyebab krisis yang melanda Asia termasuk Indonesia sejak tahun 1997 yang menyebabkan kebangkrutan perusahaanperusahaan adalah lemahnya penerapan tata kelola perusahaan/TKP (Pengembangan Perbankan No. 96/ Agustus/ 2002). Menurut S. Husnan (2000) lemahnya penerapan TKP antara lain adalah semakin terpisahnya hubungan para pemegang saham dengan manajemen, kurang transparan perusahaan mengenai kinerja keuangan, semakin tidak terkendalinya pengelolaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kelangsungan hidup perusahaan, dan tidak efektifnya komite audit. Hal ini akan menyebabkan perusahaan tidak dapat mencapai tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu profit dan market value yang maksimal.

Riset oleh Price Waterhouse Coopers tentang standar Good Corporate Governance(GCG) menyatakan bahwa posisi Indonesia dan Cina menempati peringkat buruk, disusul India dan Thailand (Bisnis Indonesia, 25 Oktober 2001). Negara dengan peringkat yang baik adalah Filipina, Malaysia, Korea. Disusul Jepang dan Taiwan. Peringkat terbaik di Asia Pasific diduduki oleh Australia, Singapura, dan Hongkong. Hasil riset ranking GCG tersebut merupakan analisa persepsi investor asing terhadap negara yang disurvei. Indikator yang digunakan adalah tingkat kelayakan dan tingkat transparasi dari laporan keuangan perusahaan.

Menurut Sofyan A. Djalil (2000) sebuah indikasi yang menyebabkan Indonesia di posisi terburuk adalah rendahnya tingkat transparasi laporan keuangan. Untuk memperbaiki posisi Indonesia dari level terburuk dalam pelaksanaan standar GCG membutuhkan waktu relatif lama. Hal-hal yang kritis untuk memperbaiki peringkat itu mulai dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya emiten di BEJ maupun di BES. 8 dari 310 emiten di BEJ yang telah memenuhi standar GCG yaitu: PT Aneka Tambang Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Unilever Tbk, PT Bank NISP Tbk, PT Tambang Timah Tbk, PT Bank Niaga Tbk, PT Bank Astra Internasional Tbk dan PT Bank Central Asia, Tbk. Penilaian tersebut dilakukan pada 4 aspek penting, yaitu:

· Hak dan tanggung jawab pemegang saham,

· Kebijakan-kebijakan pengelolaan perusahaan,

· Praktik-praktik pengelolaan dan perusahaan, dan

· Transparansi/keterbukaan.

Penilaian ini tidak dilakukan oleh BEJ tetapi dilakukan dan didanai oleh konsultan ahli dari Asian Development Bank (Jurnal Akuntansi/Th. VI/01/Mei/2002). Ke-8 emiten tersebut telah membuktikan manfaat penerapan GCG, yaitu dengan bertambahnya investor maupun nilai investasi, naiknya harga saham dan memperbaiki kinerja. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa CR, ROE, dan DAR emiten di BEJ sebelum (tahun 2000 s/d 2002) dan sesudah (tahun 2003 s/d 2004) penegakan Tata Kelola Perusahaan di Indonesia.

Current ratio (CR), Return on Equity (ROE) dan Debt Acit Ratio (DAR)

METODE PENELITIAN

Obyek penelitian adalah CR, ROE dan DAR perusahaan, emiten di BEJ sebagai unit penelitian dan unit analisa adalah laporan keuangan. Data sekunder berupa Laporan Keuangan Tahunan periode 2000 s/d 2004 dikumpulkan dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di BEJ, situs BEJ (www.jsx.co.id), dan laporan tahunan. Selanjutnya data dianalisa dengan paired sample T test.

Hipotesis:

Ho = Rata-rata CR, ROE dan DAR dari emiten di BEJ identik sebelum dan sesudah penegakan tata kelola perusahaan.

Ha = Rata-rata CR, ROE dan DAR dari emiten di BEJ tidak identik sebelum dan sesudah penegakan tata kelola perusahaan.

HASIL PENELITIAN

Sampai Juni 2007 total perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta berjumlah 352, terdiri dari 9 sektor usaha, yakni: Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan, Sektor Industri Dasar dan Kimia, Sektor Aneka Industri, Sektor Industri Barang Konsumsi, Sektor Properti dan Real Estate, Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi, Sektor Keuangan, Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi.

Tabel 1.

Paired Samples Test of CR

Sumber : data diolah, 2007

Paired Differences

t

df

Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std.Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower

Upper

Pair 1 CR_00 - CR_02

Pair 2 CR_00 - CR_03

Pair 3 CR_00 - CR_04

Pair 4 CR_01 - CR_02

Pair 5 CR_01 - CR_03

Pair 6 CR_01 - CR_04

-54.1349

-81.6531

-53.0997

-31.3476

-58.8658

-30.3124

274.79438

398.67233

278.31919

269.40951

402.30025

308.71901

14.64659

21.24931

14.83446

14.35958

21.44268

16.45478

-82.9411

-123.4451

-82.2753

-59.5893

-101.0381

-62.6748

-25.3288

-39.8611

-23.9241

-3.1060

-16.6935

2.0499

-3.696

-3.843

-3.579

-1.842

-2.745

-2.183

351

351

351

351

351

351

.000

.000

.000

.030

.006

.066

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara CR tahun 2000 dan 2002, tahun 2000 dan 2003, tahun 2000 dan 2004, tahun 2001 dan 2002, serta tahun 2001 dan 2003. Sedangkan pada pasangan tahun 2001 dan 2004 tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal CR. Dapat disimpulkan dengan terdapatnya perbedaan yang signifikan ini dapat menggambarkan bahwa semakin wajar (fairness) dan semakin akuntabilitas kinerja dalam hal CR perusahaan, maka semakin menggambarkan bahwa perusahaan tersebut semakin tertata dengan baik dalam hal kinerja likuiditasnya. Dengan demikian semakin bertanggung jawab pula suatu perusahaan dalam menata kelola perusahaannya.

Tabel 2.

Paired Samples Test o of ROE

Paired Differences

t

df

Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std.Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower

Upper

Pair1ROE_00-ROE_02

Pair2ROE_00-ROE_03

Pair3ROE_00-ROE_04

Pair4ROE_01-ROE_02

Pair5ROE_01-ROE_03

Pair6ROE_01-ROE_04

62.0102

17.7380

2.2147

69.0381

24.7658

9.2425

598.65867

333.21592

176.87576

600.30339

329.51473

167.58822

31.90861

17.76047

9.42751

31.99628

17.56319

8.93248

-.7459

-17.1923

-16.3268

6.1095

-9.7765

-8.3254

124.7663

52.6683

20.7562

26.8104

59.3082

131.9666

1.943

.999

.235

1.035

1.410

2.158

351

351

351

351

351

351

.053

.319

.814

.032

.159

.302

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dari tahun ke tahun tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal ROE dari emiten yang terdaftar. Pada tahun 2001 dan 2002, di tahun ini terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal ROE emiten. Namun berdasarkan tabel diatas pula pada pasangan tahun 2001 dan 2003, tahun 2001 dan 2004 menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal ROE pada tahun yang bersangkutan. Dengan ini dapat disimpulkan ketidaksignifikanan kinerja yang terjadi dalam hal ROE, dapat menggambarkan bahwa kemungkinan kinerja keuangan kebanyakan perusahaan di Indonesia masih berkait pada keadaan dalam laporan L/R atau menganut pada sistem accrual base. Sebaiknya kinerja dalam hal ROE berpaku pada keadaan dalam laporan arus kas atau memakai sistem cash base, dengan ini kinerja perusahaan dapat dilihat dari berbagai kegiatan perusahaan tidak hanya pada struktur labanya saja.

Tabel 3.

Paired Samples Test of DAR

Paired Differences

t

df

Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std.Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower

Upper

Pair1DAR_00-DAR_02

Pair2DAR_00-DAR_03

Pair3DAR_00-DAR_04

Pair4DAR_01-DAR_02

Pair5DAR_01-DAR_03

Pair6DAR_01-DAR_04

7.2358

5.2573

4.9347

5.3919

3.4134

3.0908

35.03462

40.46843

48.71312

30.39272

36.20753

44.20007

1.86735

2.15697

2.59642

1.61994

1.92987

2.35587

3.5632

1.0151

-.1718

2.2059

-.3821

-1.5426

10.9084

9.4995

10.0412

8.5779

7.2090

7.7242

3.875

2.437

1.901

3.328

1.769

1.312

351

351

351

351

351

351

.000

.015

.058

.001

.078

.190

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa pada tahun 2000 dan 2002, tahun 2000 dan 2003, serta tahun 2001 dan 2002 terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal DAR dari emiten yang terdaftar. Sedangkan pada tahun 2000 dan 2004, tahun 2001 dan 2003, serta tahun 2001 dan 2004 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal DAR di tahun yang bersangkutan. Ketidaksignifikanan dalam hal DAR ini dapat menggambarkan bahwa mungkin kebanyakan emiten, struktur total kewajiban (HL+HJP), dimana hutang lancar yang dimiliki digunakan untuk pinjaman,sedangkan hutang jangka panjangnya digunakan untuk pendanaan/pembiayaan perusahaan. Hal ini mungkin merupakan salah satu penyebab ketidaksignfikanan tersebut.

PENUTUP

Rata-rata CR seluruh emiten untuk tahun 2000, 2001, 2002, 2003, 2004 adalah 177.1%, 199.89%, 231.24%, 259.49% dan 230.2%. Ini menunjukkan adanya peningkatan rasio lkuiditas emiten. Atau dapat dinyatakan bahwa kewajiban lancar dapat dipenuhi sebelum dan sesudah penegakan tata kelola perusahaan di Indonesia. Sektor pertanian dan pertambangan memiliki CR terbaik dari 9 sektor di BEJ. Rata-rata ROE untuk tahun 2000 s/d 2001 adalah 17.9%, 24.9%; sedangkan tahun 2002 s/d 2004 adalah -44.11%, 0.16% dan 15.68%. Tampak fluktuasi yang ekstrim yaitu dari tahun 2001 ke 2002 terjadi penurunan yang tajam. Lalu tahun berikutnya naik cukup besar kemudian kembali menurun sedikit Sedangkan rata-rata DAR untuk tahun 2000 s/d 2004 adalah sebesar 69.42%, 67.57%, 62.18%, 64.16% dan 64.48%. Dapat dikatakan bahwa DAR relatif konstan. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa ROE dan DAR seluruh emiten di BEJ sebelum dan sesudah penegakan Tata Kelola Perusahaan di Indonesia relatif tidak tidak banyak berbeda, kecuali CR. Dengan adanya penegakan tata kelola perusahaan di Indonesia, diharapkan perusahaan dapat memperbaiki kinerja keuangan. Khususnya rasio solvabilitas yaitu DA, karena terkait dengan kepercayaan kreditor terhadap bonafiditas perussahaan. Penelitian lanjutan dilakukan dengan memuat kinerja keuangan menyeluruh, indeks GCG dan time series.

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Vol. 2

Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 ISSN : 1858 - 2559

CR, ROE dan DAR

Febianti A145

Tidak ada komentar: