CR, ROE dan DAR EMITEN DI BEJ SEBELUM DAN SESUDAH PENEGAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN DI INDONESIA
Triana Febianti
Dharma Tintri Ediraras Sudarsono
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
triana_f@student.gunadarma.ac.id
dharmate@staff.gunadarma.ac.id
ABSTRAK
Tujuan studi empiris ini adalah untuk menganalisa CR, ROE dan DAR emiten di BEJ, sebelum (tahun 2000 s/d 2002) dan setelah (tahun 2003/2004) penegakan Tata Kelola Perusahaan di Indonesia. Unit analisa adalah data skunder berupa laporan keuangan emiten di BEJ yang diperoleh dari PRPM BEJ, downlod situs BEJ, dan laporan tahunan. Kemudian dianalisa secara verifikatif dengan Paired sample T Test. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa bahwa ROE dan DAR atas 9 sektor (352 emiten) di BEJ sebelum dan sesudah penegakan Tata Kelola Perusahaan di Indonesia relatif tidak tidak banyak berbeda, kecuali untuk CR.
Kata kunci: CR, ROE, DAR, Emiten, Tata Kelola Perusahaan.
PENDAHULUAN
Salah satu faktor penyebab krisis yang melanda Asia termasuk Indonesia sejak tahun 1997 yang menyebabkan kebangkrutan perusahaanperusahaan adalah lemahnya penerapan tata kelola perusahaan/TKP (Pengembangan Perbankan No. 96/ Agustus/ 2002). Menurut S. Husnan (2000) lemahnya penerapan TKP antara lain adalah semakin terpisahnya hubungan para pemegang saham dengan manajemen, kurang transparan perusahaan mengenai kinerja keuangan, semakin tidak terkendalinya pengelolaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kelangsungan hidup perusahaan, dan tidak efektifnya komite audit. Hal ini akan menyebabkan perusahaan tidak dapat mencapai tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu profit dan market value yang maksimal.
Riset oleh Price Waterhouse Coopers tentang standar Good Corporate Governance(GCG) menyatakan bahwa posisi Indonesia dan Cina menempati peringkat buruk, disusul India dan Thailand (Bisnis Indonesia, 25 Oktober 2001). Negara dengan peringkat yang baik adalah Filipina, Malaysia, Korea. Disusul Jepang dan Taiwan. Peringkat terbaik di Asia Pasific diduduki oleh Australia, Singapura, dan Hongkong. Hasil riset ranking GCG tersebut merupakan analisa persepsi investor asing terhadap negara yang disurvei. Indikator yang digunakan adalah tingkat kelayakan dan tingkat transparasi dari laporan keuangan perusahaan.
Menurut Sofyan A. Djalil (2000) sebuah indikasi yang menyebabkan Indonesia di posisi terburuk adalah rendahnya tingkat transparasi laporan keuangan. Untuk memperbaiki posisi Indonesia dari level terburuk dalam pelaksanaan standar GCG membutuhkan waktu relatif lama. Hal-hal yang kritis untuk memperbaiki peringkat itu mulai dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya emiten di BEJ maupun di BES. 8 dari 310 emiten di BEJ yang telah memenuhi standar GCG yaitu: PT Aneka Tambang Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Unilever Tbk, PT Bank NISP Tbk, PT Tambang Timah Tbk, PT Bank Niaga Tbk, PT Bank Astra Internasional Tbk dan PT Bank Central Asia, Tbk. Penilaian tersebut dilakukan pada 4 aspek penting, yaitu:
· Hak dan tanggung jawab pemegang saham,
· Kebijakan-kebijakan pengelolaan perusahaan,
· Praktik-praktik pengelolaan dan perusahaan, dan
· Transparansi/keterbukaan.
Penilaian ini tidak dilakukan oleh BEJ tetapi dilakukan dan didanai oleh konsultan ahli dari Asian Development Bank (Jurnal Akuntansi/Th. VI/01/Mei/2002). Ke-8 emiten tersebut telah membuktikan manfaat penerapan GCG, yaitu dengan bertambahnya investor maupun nilai investasi, naiknya harga saham dan memperbaiki kinerja. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa CR, ROE, dan DAR emiten di BEJ sebelum (tahun 2000 s/d 2002) dan sesudah (tahun 2003 s/d 2004) penegakan Tata Kelola Perusahaan di Indonesia.
Current ratio (CR), Return on Equity (ROE) dan Debt Acit Ratio (DAR)
METODE PENELITIAN
Obyek penelitian adalah CR, ROE dan DAR perusahaan, emiten di BEJ sebagai unit penelitian dan unit analisa adalah laporan keuangan. Data sekunder berupa Laporan Keuangan Tahunan periode 2000 s/d 2004 dikumpulkan dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di BEJ, situs BEJ (www.jsx.co.id), dan laporan tahunan. Selanjutnya data dianalisa dengan paired sample T test.
Hipotesis:
Ho = Rata-rata CR, ROE dan DAR dari emiten di BEJ identik sebelum dan sesudah penegakan tata kelola perusahaan.
Ha = Rata-rata CR, ROE dan DAR dari emiten di BEJ tidak identik sebelum dan sesudah penegakan tata kelola perusahaan.
HASIL PENELITIAN
Sampai Juni 2007 total perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta berjumlah 352, terdiri dari 9 sektor usaha, yakni: Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan, Sektor Industri Dasar dan Kimia, Sektor Aneka Industri, Sektor Industri Barang Konsumsi, Sektor Properti dan Real Estate, Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi, Sektor Keuangan, Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi.
Tabel 1.
Paired Samples Test of CR
Sumber : data diolah, 2007
| Paired Differences | t | df | Sig. (2-tailed) | ||||
Mean | Std. Deviation | Std.Error Mean | 95% Confidence Interval of the Difference | |||||
Lower | Upper | |||||||
Pair 1 CR_00 - CR_02 Pair 2 CR_00 - CR_03 Pair 3 CR_00 - CR_04 Pair 4 CR_01 - CR_02 Pair 5 CR_01 - CR_03 Pair 6 CR_01 - CR_04 | -54.1349 -81.6531 -53.0997 -31.3476 -58.8658 -30.3124 | 274.79438 398.67233 278.31919 269.40951 402.30025 308.71901 | 14.64659 21.24931 14.83446 14.35958 21.44268 16.45478 | -82.9411 -123.4451 -82.2753 -59.5893 -101.0381 -62.6748 | -25.3288 -39.8611 -23.9241 -3.1060 -16.6935 2.0499 | -3.696 -3.843 -3.579 -1.842 -2.745 -2.183 | 351 351 351 351 351 351 | .000 .000 .000 .030 .006 .066 |
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara CR tahun 2000 dan 2002, tahun 2000 dan 2003, tahun 2000 dan 2004, tahun 2001 dan 2002, serta tahun 2001 dan 2003. Sedangkan pada pasangan tahun 2001 dan 2004 tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal CR. Dapat disimpulkan dengan terdapatnya perbedaan yang signifikan ini dapat menggambarkan bahwa semakin wajar (fairness) dan semakin akuntabilitas kinerja dalam hal CR perusahaan, maka semakin menggambarkan bahwa perusahaan tersebut semakin tertata dengan baik dalam hal kinerja likuiditasnya. Dengan demikian semakin bertanggung jawab pula suatu perusahaan dalam menata kelola perusahaannya.
Tabel 2.
Paired Samples Test o of ROE
| Paired Differences | t | df | Sig. (2-tailed) | ||||
Mean | Std. Deviation | Std.Error Mean | 95% Confidence Interval of the Difference | |||||
Lower | Upper | |||||||
Pair1ROE_00-ROE_02 Pair2ROE_00-ROE_03 Pair3ROE_00-ROE_04 Pair4ROE_01-ROE_02 Pair5ROE_01-ROE_03 Pair6ROE_01-ROE_04 | 62.0102 17.7380 2.2147 69.0381 24.7658 9.2425 | 598.65867 333.21592 176.87576 600.30339 329.51473 167.58822 | 31.90861 17.76047 9.42751 31.99628 17.56319 8.93248 | -.7459 -17.1923 -16.3268 6.1095 -9.7765 -8.3254 | 124.7663 52.6683 20.7562 26.8104 59.3082 131.9666 | 1.943 .999 .235 1.035 1.410 2.158 | 351 351 351 351 351 351 | .053 .319 .814 .032 .159 .302 |
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dari tahun ke tahun tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal ROE dari emiten yang terdaftar. Pada tahun 2001 dan 2002, di tahun ini terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal ROE emiten. Namun berdasarkan tabel diatas pula pada pasangan tahun 2001 dan 2003, tahun 2001 dan 2004 menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal ROE pada tahun yang bersangkutan. Dengan ini dapat disimpulkan ketidaksignifikanan kinerja yang terjadi dalam hal ROE, dapat menggambarkan bahwa kemungkinan kinerja keuangan kebanyakan perusahaan di Indonesia masih berkait pada keadaan dalam laporan L/R atau menganut pada sistem accrual base. Sebaiknya kinerja dalam hal ROE berpaku pada keadaan dalam laporan arus kas atau memakai sistem cash base, dengan ini kinerja perusahaan dapat dilihat dari berbagai kegiatan perusahaan tidak hanya pada struktur labanya saja.
Tabel 3.
Paired Samples Test of DAR
| Paired Differences | t | df | Sig. (2-tailed) | ||||
Mean | Std. Deviation | Std.Error Mean | 95% Confidence Interval of the Difference | |||||
Lower | Upper | |||||||
Pair1DAR_00-DAR_02 Pair2DAR_00-DAR_03 Pair3DAR_00-DAR_04 Pair4DAR_01-DAR_02 Pair5DAR_01-DAR_03 Pair6DAR_01-DAR_04 | 7.2358 5.2573 4.9347 5.3919 3.4134 3.0908 | 35.03462 40.46843 48.71312 30.39272 36.20753 44.20007 | 1.86735 2.15697 2.59642 1.61994 1.92987 2.35587 | 3.5632 1.0151 -.1718 2.2059 -.3821 -1.5426 | 10.9084 9.4995 10.0412 8.5779 7.2090 7.7242 | 3.875 2.437 1.901 3.328 1.769 1.312 | 351 351 351 351 351 351 | .000 .015 .058 .001 .078 .190 |
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa pada tahun 2000 dan 2002, tahun 2000 dan 2003, serta tahun 2001 dan 2002 terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal DAR dari emiten yang terdaftar. Sedangkan pada tahun 2000 dan 2004, tahun 2001 dan 2003, serta tahun 2001 dan 2004 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal DAR di tahun yang bersangkutan. Ketidaksignifikanan dalam hal DAR ini dapat menggambarkan bahwa mungkin kebanyakan emiten, struktur total kewajiban (HL+HJP), dimana hutang lancar yang dimiliki digunakan untuk pinjaman,sedangkan hutang jangka panjangnya digunakan untuk pendanaan/pembiayaan perusahaan. Hal ini mungkin merupakan salah satu penyebab ketidaksignfikanan tersebut.
PENUTUP
Rata-rata CR seluruh emiten untuk tahun 2000, 2001, 2002, 2003, 2004 adalah 177.1%, 199.89%, 231.24%, 259.49% dan 230.2%. Ini menunjukkan adanya peningkatan rasio lkuiditas emiten. Atau dapat dinyatakan bahwa kewajiban lancar dapat dipenuhi sebelum dan sesudah penegakan tata kelola perusahaan di Indonesia. Sektor pertanian dan pertambangan memiliki CR terbaik dari 9 sektor di BEJ. Rata-rata ROE untuk tahun 2000 s/d 2001 adalah 17.9%, 24.9%; sedangkan tahun 2002 s/d 2004 adalah -44.11%, 0.16% dan 15.68%. Tampak fluktuasi yang ekstrim yaitu dari tahun 2001 ke 2002 terjadi penurunan yang tajam. Lalu tahun berikutnya naik cukup besar kemudian kembali menurun sedikit Sedangkan rata-rata DAR untuk tahun 2000 s/d 2004 adalah sebesar 69.42%, 67.57%, 62.18%, 64.16% dan 64.48%. Dapat dikatakan bahwa DAR relatif konstan. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa ROE dan DAR seluruh emiten di BEJ sebelum dan sesudah penegakan Tata Kelola Perusahaan di Indonesia relatif tidak tidak banyak berbeda, kecuali CR. Dengan adanya penegakan tata kelola perusahaan di Indonesia, diharapkan perusahaan dapat memperbaiki kinerja keuangan. Khususnya rasio solvabilitas yaitu DA, karena terkait dengan kepercayaan kreditor terhadap bonafiditas perussahaan. Penelitian lanjutan dilakukan dengan memuat kinerja keuangan menyeluruh, indeks GCG dan time series.
Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Vol. 2
Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 ISSN : 1858 - 2559
CR, ROE dan DAR
Febianti A145
Tidak ada komentar:
Posting Komentar