KEUNGGULAN NPV SEBAGAI ALAT ANALISIS UJI KELAYAKAN INVESTASI DAN PENERAPANNYA
AM. Sumastuti, SE, MM
ABSTRACT
Change happens around us, in political structure, in social society, in economic as well as in financial system. Nowadays , there are many changes about financial study that are related to multi dimensional problems. Academics and financial managers must grow to accept the changing environment and master its challenge. They must thoroughly understand the underlying objective of the firm. The objective of the firm is to create value for its shareholders. Value is represented by the market price of the company’s common stock, which in turn , is the reflection of the firm ‘s investment, financing and dividend decisions. The most important decision is investment decision, because its needs a big allocation of capital and involves risk. Consequently, it should be evaluated in relation to the expected return and risk. There are five methods to evaluate a project, ( 1 ) average rate of return, ( 2 ) payback period, ( 3 ) net present value,( 4 ) internal rate of return, and ( 5 ) profitability index. The first and second method do not evaluate the time value of money. Although, net present value, internal rate of return, and profitability index evaluate the time value of money, the conclusion could be different. At last, a financial manager has to chose one of those methods to get the best result, and net present value is the best method.
I. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tujuan dari prinsip-prinsip pengelolaan keuangan adalah menyediakan pemahaman tentang cara perusahaan/lembaga bisnis memperoleh dan mengalokasikan dana yang dimilikinya dikenal dengan keputusan pembelanjaan, menyediakan pemahaman tentang menguji kelayakan suatu investasi yang disebut dengan keputusan investasi dan kebijakan tentang pemberian deviden kepada pemegang saham atau yang disebut dengan keputusan deviden. Dari ketiga keputusan tersebut merupakan hal yang harus diputuskan oleh pengelola keuangan di dalam menjalankan bisnisnya. Kombisasi dari ketiga keputusan tersebut, keputusan investasi sebagai keputusan yang paling penting bagi pengelolaan keuangan. Semua bagian dari perusahaan yaitu produksi, pemasaran dan lain-lain, juga sangat terpengaruh oleh keputusan investasi ini. Dengan demikian semua eksekutif terlepas dari tanggung jawab utamanya, harus mengetahui bagaimana keputusan investasi dilakukan. Di samping itu keputusan investasi sering mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan/pertumbuhan usaha tersebut atau bahkan perkembangan suatu negara. Seperti keadaan Indonesia, Pemerintah selalu mendorong usaha penanaman modal ini dengan memberikan berbagai fasilitas, terutama untuk bidang-bidang yang dianggap masih perlu dikembangkan, seperti fasilitas PMA maupun PMDN (Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri). Dari pernyataan-pernyataan di atas, maka perlu kiranya keputusan investasi melalui Capital Budgeting diungkap, untuk memberikan gambaran yang mengena kepada pengambil keputusan.
2. TUJUAN PENULISAN
Dalam tulisan diharapkan dapat membantu khususnya kalangan staf pengajar dalam memberikan bimbingan mahasiswanya untuk matakuliah-matakuliah yang memerlukan pembahasan analisis Net Present Value dan penerapannya. Matakuliah-matakuliah tersebut meliputi : Pengantar Bisnis, Ekonomi Makro, Manajemen Proyek, Manajemen Keuangan, dan Studi kelayakan Bisnis. Di samping itu, juga dapat membantu para pengambil keputusan atau investor supaya lebih terkonsentrasi dalam penggunaan metode.
II. PEMBAHASAN
Istilah Investasi adalah penanaman modal (baik modal tetap maupun modal tidak tetap) yang digunakan dalam proses produksi untuk memperoleh keuntungan suatu perusahaan. Investasi penting bagi kelanggengan masa depan perusahaan, tetapi juga merupakan topik yang secara konseptual sulit dan komplek. Pada pembahasan ini akan melihat pembuatan keputusan investasi yang memaksimalkan nilai perusahaan, dengan lebih terfokus pada alat keputusan investasi yaitu net present value. Pengaturan investasi modal (proyek) yang efektif perlu memperhatikan beberapa faktor dibawah ini:
(1) Adanya usul-usul investasi,
(2) Penaksiran aliran kas dari usul-usul investasi tersebut,
(3) Evaluasi aliran kas tersebut,
(4) Memilih investasi/proyek-proyek sesuai dengan ukuran tertentu, dan
(5) Penilaian terus menerus terhadap proyek investasi setelah proyek tersebut diterima.
Tergantung pada lembaga bisnis/perusahaan yang menjalankannya, usulan investasi ini bisa terdiri dari berbagai type. Untuk maksud-maksud analisa, suatu proyek bisa dimasukkan ke dalam salah satu klasifikasi berikut ini : (1) Pengenalan proyek baru atau perluasan produk baru, (2) Penggantian peralatan atau gedung, (3) Penelitian dan pengembangan, (4) Eksplorasi, (5) dan lain-lain. Untuk setiap type proyek perlulah perusahaan membuat atau mempunyai prosedur administrasi yang efisien untuk menyalurkan permintaan-permintaan investasi. Kebanyakan perusahaan menyeleksi usul-usul proyek pada berbagai tingkatan wewenang. Tergantung pada besar-kecilnya proyek investasi, pihak yang memutuskan untuk menerima atau menolak suatu usulan proyek akan berbeda-beda. Semakin besar atau penting suatu usulan, semakin tinggi pihak yang menentukan.
1. USULAN-USULAN INVESTASI
Setelah adanya cetusan ide untuk mengadakan investasi, langkah pertama dalam proses penanaman modal adalah menyusun daftar usulan investasi baru yang dilengkapi data secukupnya untuk bahan penganalisaan. Analisis proposal pembelanjaan modal bukanlah suatu aktivitas tanpa biaya, memang banyak manfaat yang dapat dipetik dengan mengadakan suatu analisis tetapi kegiatan ini sendiri membutuhkan biaya. Untuk beberapa jenis proyek, seringkali dibutuhkan suatu analisis yang terperinci, sedangkan untuk jenis lainnya mungkin cukup diulas secara ringkas. Untuk itu perusahaan perusahaan-perusahaan mengadakan klasifikasi proyek menurut katagori-katagori tertentu (penggantian aktiva tetap, ekspansi pasar, proyek keamanan dan/atau lingkungan dan lain-lain). Semakin besar investasi yang dibutuhkan, akan semakin terperinci analisisnya dan semakin tinggi tingkat pejabat yang memutuskannya.
2. MEMILIH DI ANTARA BEBERAPA ALTERNATIF USULAN
Pada kebanyakan perusahaan tersedia lebih banyak usulan/proposal proyek dari pada kemampuan atau kemauan perusahaan memodalinya. Sebagian dari usulan itu baik, sedangkan yang lain buruk, sehingga perlu dikembangkan metode untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Hasil akhir metoda ini adalah susunan rangking dari usulan-usulan itu dan titik batas seberapa jauh susunan itu dibuat. Sebagian usulan dibuang karena mutually exclusive yaitu adanya usulan yang mer upakan alternatif usulan lainnya dalam mengerjakan suatu pekerjaan yang sama. Jika satu jenis peralatan telah dipilih untuk melaksanakan suatu pekerjaan , maka peralatan lainnya tidak diperlukan lagi. Di samping itu terdapat proyek-proyek yang berdiri sendiri (independent) yang dibutuhkan untuk berbagai jenis pekerjaan yang tidak tergantung satu sama lainnya. Dan hal seperti ini merupakan penilaian yang lebih mudah.
3. BEBERAPA METODE UNTUK MENILAI KELAYAKAN SUATU USULAN PROYEK
Sebelum pembahasan sampai pada NPV terlebih dahulu akan dijelaskan beberapa metode untuk menilai kelayakan suatu usulan proyek. Dengan tujuan untuk membuat perbandingan dengan metode-
metode lain, dalam rangka untuk melihat keunggulan dari NPV itu sendiri. Apabila kita telah mengumpulkan informasi yang diperlukan, kita sekarang dapat menilai atau mengevaluasi layak tidaknya suatu usulan proyek. Karena pengkajian ini hanya membahas berbagai konsep dasar dari pengujian usulan proyek, kita menganggap bahwa risiko atau kualitas semua usulan investasi tidaklah berbeda dengan risiko perusahaan saat ini. Dengan demikian, penerimaan suatu proyek investasi baru tidak akan merubah risiko total perusahaan. Pada pengkajian ini akan dibicarakan 4 (empat) pendekatan untuk menentukan layak tidaknya suatu usulan investasi tersebut. Pendekatan atau metode-metode tersebut adalah : (1) Metode Average rate of returns, (2) Metode Payback, (3) Metode Internal Rate of Return, (4) Metode Profitability Index, (5) Metode Net Present Value.
(1). Average Rate of Return
Metode ini mengukur perbandingan (ratio) antara rata-rata keuntungan setelah pajak dengan rata-rata investasi. Dengan formula:
Kesederhanaan metode ini menjadi ciri utamanya. Mudah dilakukan dari data akuntansi yang tersedia. Halnya kemudian dibandingkan dengan tingkat bunga tertentu, diterima atau ditolaknya usulan investasi tersebut. Kelemahan utama dari metode ini adalah keuntungan didasarkan pada keuntungan berdasarkan laporan akuntansi, dan bukannya mendasarkan diri atas aliran kas, dan tidak memperhatikan nilai waktu uang (time value of money), sedangkan NPV sangat memperhatikan sekali konsep nilai waktu uang ini.
(2). Payback Period
Periode “Payback” menunjukkan berapa lama (dalam beberapa tahun) suatu investasi akan bisa kembali. Periode “payback” menunjukkan perbandingan antara “initial invesment” dengan aliran kas tahunan. Dengan rumus umum sebagai berkut :
Apabila periode “payback” kurang dari suatu periode yang telah ditentukan, proyek tersebut diterima, apabila tidak, proyek tersebut ditolak. Kelemahan utama dari metode “payback” ini adalah tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah periode payback, sedangkan dengan NPV masih diperhatikannya alaran kas masuk sampai selesainya waktu periode proyek. Metode payback ini banyak digunakan untuk melengkapi metode lain.
(3). Metode “Internal Rate of Return”
Metode ini untuk membuat peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat pengembalian atas investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap nilai sekarang biaya proyek atau sama dengan tingkat diskonto yang membuat NPV sama dengan nol. Apabila Ao adalah investasi pada periode 0 dan A1 sampai An adalah aliran bersih dari periode 1 sampai n, maka metode IRR semata mata mencari discount factor yang menyamakan A0 dengan A1 sampai An Penerimaan atau penolakan usulan investasi ini adalah dengan membandingkan IRR dengan tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return). Apabila IRR lebih besar dari pada tingkat bunga yang disyaratkan maka proyek tersebut diterima, apabila lebih kecil diterima. Kelemahan secara mendasar menurut teori memang hampir tidak ada, namun dalam praktek penghitungan untuk menentukan IRR tersebut masih memerlukan penghitungan NPV.
(4). Profitaility Index
Profitability index atau benefit cost ratio adalah perbandingan antara nilai sekarang dari aliran kas masuk di masa yang akan datang dengan nilai investasi. Ini dinyatakan sebagai :
Selama PI tersebut sama dengan atau lebih besar dari satu, maka kita akan menerima usulan investasi tersebut. Secara umum Kalau metode NPV dan PI dipakai untuk menilai suatu usulan investasi, maka hasilnya akan selalu konsisten. Dengan kata lain., kalau NPV mengatakan diterima, maka PI juga mengatakan diterima. Demikian pula sebaliknya. Sehingga untuk menghitung PI harus terlebih dahulu menghitung NPV dan ada beberapa kasus lain, dimana setelah perhitungan PI belum dapat mengambil keputusan, sebelum dikembalikan ke metode NPV.
(5). Metode Net Present Value
Setelah kelemahan pada metode-metode sebelumnya, orang mulai mencari cara untuk memperbaiki keefektifan evaluasi proyek. Metode yang dimaksud adalah nilai sekarang bersih (NPV). Yang mengandalkan pada teknik arus kas yang didiskontokan. Untuk mengimplementasikan pendekatan ini, kita ikuti proses sebagai berikut : (1) Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus masuk dan arus keluar, yang didiskontokan pada biaya modal proyek, (2) Jumlahkan arus kas yang didiskontokan ini, hasil ini didefinisikan sebagai NPV proyek, (3) Jika NPV adalah positif, maka proyek harus diterima, sementara jika NPV adalah negatif, maka proyek itu harus ditolak. Jika dua proyek dengan NPV positif adalah mutually exclusive, maka salah satu dengan nilai NPV terbesar harus dipilih. Persamaan untuk NPV adalah sebagai berikut :
Di mana : CF = arus kas masuk dan arus kas keluar
K = biaya modal proyek
4. ALASAN RASIONAL UNTUK METODE NPV
Alasan rasional untuk metode NPV adalah sangat jelas. Untuk menutupi kelemahan pada metode-metode lain. NPV sebesar nol menyiratkan bahwa arus kas proyek sudah mencukupi untuk membayar kembali modal yang diinvestasikan dan memberikan tingkat pengembalian yang diperlukan atas modal tersebut. Jika proyek memiliki NPV positif, maka proyek tersebut menghasilkan lebih banyak kas dari yang dibutuhkan untuk menutup utang dan memberikan pengembalian yang diperlukan kepada pemegang saham perusahaan. Oleh karena itu, jika perusahaan mengambil proyek yang memiliki NPV positif, maka posisi pemegang saham meningkat.
5. MENAKSIR ALIRAN KAS DALAM PENGGUNAAN NPV
Salah satu keunggulan dari penggunaan NPV bahwa arus kas didasarkan pada konsep nilai waktu uang (time value of money). Maka sebelum penghitungan/penentuan NPV hal yang paling utama adalah mengetahui atau menaksir aliran kas masuk di masa yang akan datang dan aliran kas keluar. Baik tidaknya hasil analisa, akan tergantung pada ketepatan taksiran kita atas aliran kas. Di sini penaksiran dilakukan atas aliran kas, dan bukan keuntungan, karena kas merupakan faktor sentral dalam pengambilan keputusan investasi. Perusahaan melakukan investasi (mengeluarkan kas) dengan harapan menerima kas lagi dalam jumlah yang lebih besar di masa yang akan datang. Hanya penerimaan kas yang dapat diinvestasikan kembali atau dibayarkan sebagai deviden kepada para pemegang saham. Jadi kas, dan bukan keuntungan , yang penting di dalam penganggaran modal untuk berinvestasi. Di dalam aliran kas ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : (1) Taksiran kas haruslah didasarkan atas dasar setelah pajak, (2) Informasi terebut haruslah didasarkan atas “incremental” (kenaikan atau selisih) suatu proyek. Jadi harus diperbandingkan adanya bagaimana aliran kas seandainya dengan dan tanpa proyek. Hal ini penting sebab pada proyek pengenalan produk baru, bisa terjadi bahwa produk lama akan “termakan” sebagian karena kedua produk itu bersaing dalam pemasaran, (3) Aliran kas ke luar haruslah tidak memasukkan unsur bunga, apabila proyek itu direncanakan akan dibelanjai/didanai dengan pinjaman. Biaya bunga tersebut termasuk sebagai tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return) untuk penilaian proyek tersebut. Kalau kita ikut memasukkan unsur bunga di dalam perhitungan aliran kas ke luar, maka akan terjadi penghitungan ganda. Berikut ini diberikan suatu contoh penaksiran aliran kas. Misalnya perusahaan akan memperkenalkan produk baru, dimana diperlukan investasi sebesar Rp. 200 juta. Taksiran kenaikan penjualan (“incrementasl sales”) dari bagian penjualan misalnya sebagai berikut : (diperkirakan proyek hanya berusia 6 tahun)
Tahun 1 | Rp 80 juta |
Tahun 2 | Rp 150 juta |
Tahun 3 | Rp 200 juta |
Tahun 4 | Rp 220 juta |
Tahun 5 | Rp 150 juta |
Tahun 6 | Rp 70 juta |
Sebagaimana dengan aliran kas masuk, aliran kas keluar perlu ditaksir atas dasar “Incremental”. Biaya-biaya yang bersifat kas perlu ditaksir, tetapi yang bukan kas, seperti penyusutan tidak perlu dimasukkan dalam taksiran ini. Misalkan taksiran kas keluarnya nampak seperti di bawah ini :
Tahun 1 | Rp. 60 juta |
Tahun 2 | Rp. 90 juta |
Tahun 3 | Rp. 120 juta |
Tahun 4 | Rp. 120 juta |
Tahun 5 | Rp. 100 juta |
Tahun 6 | Rp. 50 juta |
Dengan demikian kalau kita gabungkan kedua taksiran ini akan nampak :
| Biaya awal | Tahun 1 | Tahun 2 | Tahun 3 | Tahun 4 | Tahun 5 | Tahun 6 |
Kas masuk | | 80 | 150 | 200 | 220 | 150 | 70 |
Kas keluar | 200 | 60 | 90 | 120 | 120 | 100 | 50 |
| 200 | 20 | 60 | 80 | 100 | 50 | 20 |
Jadi untuk investasi sebesar Rp. 200 juta, perusahaan mengharapkan menerima berturut-turut (selama 6 bulan) Rp. 20 juta, Rp. 60 juta, Rp.80 juta, Rp. 50 juta dan Rp. 20 juta.
6. NILAI WAKTU UANG
Uang dikatakan mempunyai nilai waktu, karena individu lebih menykai uang saat ini dari pada nati, apabila uang tersebut jumlah nominalnya adalah sama. Hal ini ditunjukkan dengan dipilihnya penerimaan saat ini dari pada nanti dan dipilihnya pembayaran nanti dari pada saat ini, apabila menyangkut jumlah uang yang sama. Kebanyakan keputusan keuangan, individu maupun bisnis, melibatkan nilai waktu uang sebagai pertimbangan. Sebagimana telah diketahui bahwa tujuan manajemen adalah meningkatkan nilai perusahaan (pemegang saham) dan ini sebagaian tergantung dari penentuan arus kas. Oleh karena itu, salah satu penerapan konsep yang ditekankan disini adalah penilaian aliran arus kas. Misalnya para investor akan lebih suka suatu proyek yang memberikan keuntungan setiap tahun mulai dari tahun pertama sampai dengan ketiga, dari pada proyek yang memberikan keuntungan sama, tetapi mulai dari tahun keempat sampai dengan ke enam. Dengan demikian waktu dari pada aliran kas yang diharapkan di masa yang akan datang merupakan hal yang sangat penting bagi rencana investasi. Untuk menilai perbedaan waktu aliran kas ini dengan memperhatikan unsur tingkat bunga (menentukan nilai sekarang uang tersebut). Bunga majemuk menunjukkan bunga yang dihasilkan pada suatu periode, juga memberikan bunga pada periode berikutnya. Sedangkan present value, menunjukkan nilai saat ini dari suatu penerimaan atau pengeluaran pada waktu yang akan datang. Maka dalam analisis-analisis keputusan keuangan terutama metode Net present value (NPV), konsep nilai waktu uang sangat penting digunakan dalam perhitungannya. Sehingga sering dikatakan bahwa konsep nilai waktu uang merupakan indikator keunggulan NPV sebagai alat analisis.
7. BERBAGAI PENERAPAN PENGGUNAAN NPV
Seperti telah diuraikan diatas bahwa, alat analisis NPV merupakan alat analisis terbaik dibandingkan dengan metode-metode lainnya. Maka dalam uraian selanjutnya akan diperjelas lagi keunggulan-keunggulan tersebut. Mudah-mudahan kita menjadi yakin bahwa penilaian investasi seharusnya menggunakan net present value, bukan metode-metode lainnya. Dalam hal ini akan dibicarakan berbagai contoh yang bervariasi untuk menggunakan metode NPV. Variasi-variasi yang akan dibicarakan adalah : masalah keterbatasan dana, masalah penggantian aktiva (replacement), inflasi pada penilaian investasi. Yang sebenarnya banyak sekali kasus-kasus yang seharusnya menggunakan NPV. Dan jika dipaksakan menggunakan metode lain justru dikwawatirkan hasilnya tidak representatif.
(1). Keterbatasan dana
Apabila dana terbatas, yang ditunjukkan dengan adanya anggaran yang disediakan pada suatu periode tertentu, maka perusahaan terpaksa melakukan pengalokasian dana untuk usulan-usulan investasi yan gada. Pada kondisi adanya keterbatasan dana, tujuan perusahaan adalah memilih kombinasi berbagai usulan investasi yang memberikan NPV tertinggi, dengan segala keterbatasan dana yang ada. Apabila batasan dana ini benar-benar harus dipenuhi, mungkin sekali perusahaan lebih baik memilih beberapa usulan investasi kecil dari pada satu atau dua usulan investasi besar. Untuk batasan dana yang tetap untuk satu periode pada umumnya merupakan hal yang jarang terjadi. Jarang suatu perusahaan tidak mempunyai keluwesan dalam menentukan besarnya dana yang bisa disediakan pada suatu periode. Perlu diingat bahwa suatu proyek bisa menghasilkan kas selama proyek tersebut masih berjalan. Kas yang dihasilkan oleh proyek-proyek ini bisa dipergunakan pula untuk menambah anggaran yang diterapkan. Biaya bagi perusahaan yang mempunyai keterbatasan dana dapat dianggap sebagai kesempatan yang hilan karena perusahaan tidak dapat menjalankan proyek karena keterbatasan dana. Yang perlu disadari di sini bahwa adanya keterbatasan dana mengakibatkan kebijakan investasi yang kurang dari optimal. Sebab perusahaan mungkin menilak investasi ayng mempunyai positif, hanya karena keterbatasan dana. Untuk memberikan gambaran, berikut ini diberikan suatu contoh :
Suatu perusahaan mempunyai usulan investasi yang disusun menurut urutan PI (profitability Index) :
Usulan Investasi | Dana Investasi | PI |
Proyek 4 | 1.400.000 | 1,18 |
Proyek 3 | 500.000 | 1,17 |
Proyek 6 | 800.000 | 1,16 |
Proyek 2 | 700.000 | 1,16 |
Proyek 5 | 300.000 | 1,14 |
Proyek 1 | 400.000 | 1,10 |
Dana investasi yang tersedia saat ini sebesar Rp. 1700.000. dan usul investasi tidak tergantung satu sama lain. Dalam kasus ini, dengan menggunakan metode Profitability index tidak dapat dipecahkan, investasi/proyek mana yang akan menjadi pilihan dengan dana yang ada. Sehingga hal ini dapat diputuskan dengan menggunakan NPV. Namun jika dananya tersedia sesuai dengan total nilai proyek, maka usulan investasi tersebut kita pilih semua (yaitu proyek senilai Rp. 4.200.000) karena PI – nya lebih dari satu atau layak.
Berikut altrnatif yang dapat dilakukan dalam rangka pemilihan :
Alternatif 1 :
Proyek Nilai | Proyek | PI | NPV | Nilai NPV |
3 | 500.000 | 1,17 | 0,17 | 85.000 |
6 | 800.000 | 1,16 | 0,16 | 128.000 |
5 | 400.000 | 1,14 | 0,14 | 56.000 |
Jumlah NPV = 269.000
Alternatif 2:
Proyek Nilai | Proyek | PI | NPV | Nilai NPV |
6 | 800.000 | 1,16 | 0,16 | 128.000 |
2 | 700.000 | 1,16 | 0,16 | 112.000 |
Jumlah NPV = 240.000
Alternatif 3:
Proyek Nilai | Proyek | PI | NPV | Nilai NPV |
4 | 1.400.000 | 1,18 | 0,18 | 252.000 |
Jumlah NPV = 252.000
Dari alternatif-alternatif tersebut, usulan investasi ayng akan dipilih adalah alternatif ke -1 karena menghasilkan NPV terbesar. (Proyek 3, 6 dan 5 ).
(2). Penggantian Aktiva
Dalam masalah penggantian aktiva dari berbagai kasus yang dialami/direncanakan oleh suatu perusahaan , menurut praktek yang sudah dijalankan oleh beberapa perusahaan, kasus penggantian aktiva tetap ini hanya dapat secara representatif menggunakan alat analisis dengan metode net present value (NPV). Berikut ini dijelaskan melalui contoh kasus.
Contoh Kasus : 5 (lima) tahun yang lalu perusahaan memiliki seperangkat mesin dengan harga beli Rp. 75 juta. Dengan life time 15 tahun. Pada saat ini ditawarkan seperangkat mesin yang lebih canggih dengan harga perolehan Rp. 100 juta dengan life time 10 tahun. Kalau mesin lama diganti dengan mesin baru akan dapat meningkatkan penjualan dari Rp. 100 juta menjadi Rp. 110 juta setiap tahun. Selain itu juga dapat mengehemat pengeluaran biaya (biaya tunai) dari Rp. 6 juta menjadi rp. 5 juta setiap tahun. Apakah sebaiknya usul penggantian mesin lama dengan mesin baru itu diterima/ditolah dengan catatan mesin lama dapat laku terjual Rp. 50 juta. Terlebih dahulu kita harus mengetahui formula NPV dari kasus ini : NPV = PV of proceed – PV of outlays
Penaksiran aliran kas masuk (proceed) dan keluar ( outlays ) yang kita gunakan adalah dengan menggunakan taksiran selisih (incremental). Dengan asumsi seolah-olah kita menggunakan mesin baru. Dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Mesin lama | Rp. 75 juta |
Mesin baru | Rp. 100 juta |
1 | |
2 | |
3 | |
4 | |
5 | |
6 | 1 |
7 | 2 |
8 | 3 |
9 | 4 |
10 | 5 |
11 | 6 |
12 | 7 |
13 | 8 |
14 | 9 |
15 | 10 |
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui tambahan depresiasi :
Depresiasi mesin lama = = Rp 5.000.000
Depresiasi mesin baru = = Rp 10.000.000
sehingga tambahan depresiasi dengan menggunakan mesin baru sebesar Rp. 5.000.000
Perhitungan proceed dengan menggunakan mesin baru per tahun :
Tambahan penjualan | Rp. 10.000.000 |
Penghemantan biaya | Rp. 1.000.000 |
Tambahan depresiasi | Rp. (5.000.000) |
Tambahan EBIT | Rp. 6.000.000 |
Tambahan pajak 30 % | Rp. (1.800.000) |
Tambahan EAT | Rp. 4.200.000 |
Tambahan depresiasi | Rp. 5.000.000 |
Tambahan Proceed | Rp. 9.200.000 |
PV dari tambahan proceed selama 10 tahun atas dasar discount rate 10 % :
0,146 (tabel A2) x Rp. 9.200.000 = Rp. 56.534.000
PV of Outlays :
Pembelian mesin baru = Rp. 100.000.000
Penjualan mesin lama = (Rp. 50.000.000)
(antara harga jual dengan nilai bukunya sama ) = (Rp. 50.000.000)
NPV dari tambahan investasi = Rp. 6.534.000
Maka dari hasil perhitungan di atas dapat diputuskan bahwa penggantian mesin lama ke mesin baru dapat diterima karena dengan menggunakan mesin baru lebih menguntungkan dengan menghasilkan NPV = positif.
(3). Pengaruh inflasi
Pada umumnya inflasi akan mengganggu keputusan pengujian investasi dengan NPV yang memperhatikan nilai waktu uang. Alasan yang utama adalah karena beban penyusunan didasarkan atas nilai historis dan bukan nilai pengganti (replacement cost). Apabila keuntungan meningkat, maka semakin besar pula pajak yang akan dikenakan, yang mengakibatkan aliran kas yang sebenarnya tidak bisa menyesuaikan diri dengan inflasi. Untuk menggambarkan bias inflasi ini, dapat digambarkan sebagai berikut : Suatu investasi sebesar Rp. 100 juta yang diharapkan akan menghasilkan selama 5 tahun. Penyusutan menggunakan metode garis lurus, yaitu Rp. 20 juta setahun, dengan pajak sebesar 50 %. Misalkan aliran kas ditaksir berdasarkan tingkat harga pada waktu 0 (permulaan investasi) dan taksirannya nampak sebagai berikut :
Keterangan (dalam jutaan Rp.) | Tahun 1 | Tahun 2 | Tahun 3 | Tahun 4 | Tahun 5 |
Kas masuk yang diharapkan | 30 | 40 | 50 | 50 | 30 |
Kas keluar yang diharapkan | 10 | 10 | 10 | 10 | 10 |
| 20 | 30 | 40 | 40 | 20 |
Penyusutan | 20 | 20 | 20 | 20 | 20 |
Laba sebelum pajak | 0 | 10 | 20 | 20 | 0 |
Pajak | 0 | 5 | 10 | 10 | 0 |
Laba setelah pajak | 0 | 5 | 10 | 10 | 0 |
Proceed | 20 | 25 | 30 | 30 | 20 |
III. PENUTUP
Kombinasi dari beberapa faktor menjadikan keputusan investasi sebagai keputusan yang paling penting bagi pengelolaan keuangan. Semua bagian di dalam perusahaan sangat terpengaruh pada keputusan ini. Kenyataan bahwa akibat keputusan ini berlanjut untuk suatu jangka waktu yang panjang membuat pengambil keputusan kehilangan fleksibilitasnya. Perusahaan harus membuat komitmen untuk masa depan. Suatu kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat memiliki konsekuensi yang serius. Jika perusahaan terlalu besar dalam aktiva, maka hal itu dapat menimbulkan beban penyusutan dan beban lainnya yang tinggi, yang sebesarnya tidak perlu terjadi. Ada 5 (lima) metode yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu investasi akan dijalankan. Namum setelah dikaji satu per satu dari setiap metode dapat diambil kesimpulan bahwa NPV merupakan metode yang lebih representatif, dibandingkan dengan metode-metode yang lain. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa kasus yang dengan metode lain tidak diterapkan, selain dengan menggunakan metode NPV.
DAFTAR PUSTAKA :
Agus Sartono, Manajemen Keuangan, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta,1998
Eugene F. Brigham., Joel F. Houston, Fundamentals of Financial Management, Eighth Edition, Florida, 2001
James C. Van Horne.,John M. Wachowicz,Jr, Fundamental of Management, terjemahan Salemba Empat, Edisi 9, Buku satu, 1997
James C. Van Horne.,John M. Wachowicz,Jr, Fundamental of Management, terjemahan Salemba Empat, Edisi 9, Buku satu, 1997
Suad Husnan., Pembelanjaan Perusahaan (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan), Edisi 5, Liberty, Yogyakarta, 1999
Weston JF, and Brighman, Essensial of Manajerial Finance
Keown, Scott, Martin, Petty , Basic Financial Management, Edisi 7, Prentice Hall, 1999